8 Sahabat bediri di Puncak Gunung Sikunir (Angga, Oplok, Ipil, Upil, Weny, Lambang, Mas Po, Mete) |
Pagi itu kami berdiri tepat
di atas puncak Gunung Sikunir, awan putih bagaikan sayap malaikat menari menyambut
terbitnya matahari, Yah itulah Golden Sunrise.
Tak
letih mataku bertahan hingga larut malam, mengejar target untuk segera
menyelesaikan tugas akhir atau sering disebut Skripsi. 6 bulan lebih saya harus
bergelut dengan skripsi hingga pada akhirnya kerja keras itu membuahkan hasil
yang memuaskan.
Tepat tanggal 3 oktober
2013, pukul 10.00 saya berdiri didepan Pak Drs. Ishafit, M.Si dan Ibu Dian
Artha K, M.Pd dengan didampingi Pak Dr. Toifur, M.Si untuk
mempertanggungjawabkan jerih payah yang pernah diselingi keputusasaan itu.
Alhasil point yang cukup memuaskan meruntuhkan rasa letih selama 6 bulan lebih.
Semangat
untuk menyelesaikan skripsi tidak terlepas dari sahabat-sahabat Touringku
(Angga, Oplok, Ipil, Weny, Lambang, Mas Po, Mete). Bagaimana tidak? Mimpi
untuk berdiri diatas negeri awan bisa aku wujudkan jika sesegera mungkin
terlepas dari status mahasiswa.
Yah
karena touring kami kali ini berbeda dengan touring sebelumnya, yaitu Puncak
Gunung Sikunir. Gunung Sikunir merupakan salah satu jajaran gunung yang berada
didataran tinggi Dieng, Wonosobo, tepatnya di selatan Telaga Cebong,
desa Sambungan, Kec Kejajar dengan ketinggian 2.505 mdpl. Desa sambungan
sendiri merupakan desa tertinggi di pulau jawa.
H-7
sebelum keberangkatan, seperti biasa
saya dan Ipil disibukkan dengan mencari informasi tentang Sikunir, mulai
dari medan yang dilalui hingga perlengkapan yang dibutuhkan. Wajar saja hebring karena touring dengan tema
Camping merupakan touring pertama kami. Informasi kami dapatkan mulai dari
nanya mbah Google, nanya teman yang sudah pernah ke Gunung Sikunir hingga
mendapatkan CP jasa penyewaan perlengkapan camping.
Pak
Tusman merupakan warga desa Sambungan yang juga melayani jasa penyewaan
perlengkapan camping, menawarkan harga Rp 150.000/paket dengan isi 1 dum isi 4
orang, 1 neksting, 3 sleaping bag, 3 matras, 1 kompor dengan gas. Harga itu
cukup mahal bagi kami, mengingat Touringers ketambahan 8 orang warga asing. Kalau dengan Team 16 orang
kami harus mengeluarkan 600 ribu belum lagi nambah ini itu. Kami terus melakukan
nego dengan pak Tusman hingga kami hanya memboking 2 kompor + gas, 10 matras
dan 8 sleaping bag.
Atas
bantuan Aji yang juga merupakan warga Wonosobo kami mendapatkan pinjaman 1 dum
isi 6 orang secara gratis, dan mendapatkan penyewaan perlengkapan dengan harga
lebih murah, yaitu Rp 135.000 untuk 1 dum isi 12 orang dan 7 sleaping bag.
Karena
keterbatasan perlengkapan yang kami sewa di Wonosobo, kami juga tidak terlepas
dari rasa repot, beberapa perlengkapan juga kami bawa dari jogja. Untuk harga
sewa di jogja di hitung per 24 jam. Jadi kami hanya membawa 1 sleaping bag, 1
neksting dan 6 matras yang kami sewa seharga Rp 48.000. Mas Jhon yang melayani
penyewaan di JP Camp sangat ramah, JP Camp sendiri terletak di belakang UPN
Veteran.
Selain
persiapan perlengkapan, persiapan fisik juga jangan sampai terlewatkan terutama
untuk yang jarang jalan kaki sperti saya , hehehheh. . . . muterin mandala
krida 3x, sudah lumayan cukup selama 2 hari berturut-turut.
Persiapan fisik, muter mandala krida |
*****
Jogja,
12 Oktober 2013 _ Halaman kos Wisma HD merupakan tempat berkumpul kami sebelum
memulai touring hari itu. Pukul 09.00 WIB waktu yang telah disepakai lagi lagi
harus molor akibat ulah sang pangeran Gunung Kidul (Oplok, Mete, Lambang) yang
selalu saja datang terlambat.
Pasukan siap berangkat |
Semua
team sudah lengkap, tepat pukul 11.00 WIB masing-masing sudah menghidupkan
kendaraan mereka. Bibir ini pun tak henti-hentinya tersenyum, tak sabar ingin
menikmati perjalanan menuju puncak Gunung Sikunir.
***
Untuk
mencapai Dieng banyak jalur yang bisa dilalui, tetapi kami memilih jalur
alternative Jogja – Sleman, Minggir – Kalibawang – Borobudur – Magelang,
salaman – Wonosobo. Perjalanan kami tempuh selama 4 jam dengan kecepatan
rata-rata 60 Km/Jam, tentunya dengan 3 kali istirahat dan nyasar masih diarea
jogja, parah! (kecepatan lebih dari 60 Km/Jam bisa kurang dari 4 jam).
Jalur
alternative yang kami pilih cukup menegangkan, saya harus menahan rasa ngantuk
yang terus menyiksa, karena jalan yang kurang lebar dan banyak lubang. Jika
sebelumnya belum pernah melewati jalur tersebut dijamin deh bakalan nyasar,
banyak sekali belok-belokannya.
Memasuki
daerah wonosobo hawa dingin sudah mulai terasa, kedatangan kami pun disambut
gerimis kecil, bau tanah akibat gerimis yang sangat khas dan dinginnya Wonosobo
seolah-olah membuaiku dengan panasnya Jogja. Sesampainnya di Wonosobo untuk
pertama kalinya kami singgah di kediamannya Aji, sajian yang sudah dipersiapkan
untuk makan siang sudah menanti kami. Sambutan hangat dari Neneknya Aji dengan
logat jawa sedikit ngapak yang sangat khas memuat kami tak segan untuk segera
melahap sajian yang terus-terusan menatap kami.
Setelah
tenaga kembali normal, kami melanjutkan perjalanan menuju Dieng, desa
Sambungan. Kira-kira jam 17.00an, kami memulai kembali perjalanan. Sedangkan
dari Wonosobo ke desa Sambungan, Dieng membutuhkan waktu kurang lebih hingga 2
jam. Suasana Religius di Dieng masih sangat kental, tak heran disepanjang
perjalanan rumah penduduk yang kami lalui cukup sepi, karena warganya sedang
melakukan ibadah di mesjid masing-masing.
Untuk
menuju desa Sambungan, kami harus melewati jalan berbukit dengan medan yang
cukup sulit serta kawah yang cukup tebal. Tanjakan yang tinggi tak jarang
membuat motor matic tak mampu naik (jadi kalo bisa jangan pake motor matic
deh!). Hawa dinginpun sudah mulai menusuk keseluruh tubuh.
Disepanjang
perjalanan kami terus berpas-pasan dengan pendaki lainnya. Jalan menanjak
dengan aspal berlasakan batu-batu kecil menyambut kami, sebagai tanda kami
telah dekat dengan desa Sambungan. Jalan sudah sangat gelap hanya ada sinaran
lampu dari kendaraan kami, hampir saja kami salah jalan. Sedikit rasa takut
serta gigi yang terus bunyi karena menggigil.
Welcome to Sambungan Village |
“welcome
to sambungan village”, sebuah gapura besar yang cukup melegakan. Sesampainya di
desa Sambungan kami langsung mencari pos pertama tempat janjian dengan pak
Tusman. Kami melakukan nego ulang, karena ternyata pak Tusman sudah menyewakan
sebagian yang kami boking pada pendaki yang lain (wajar pas ditelpon gg angkat,
karena lagi dijalan dang gg da signal). Akhirnya kami hanya menyewa 1 center, 8
matras, 2 kompor dengan gas lengkap, 5 SB dan dapet bonus selimut, lengkap
dengan carier, seharga Rp 150.000.
Pengeluaran
untuk penyewaan cukup hemat daripada harus menyewa paket, total biaya yang kami
habiskan untuk penyewaan perlengkapan Rp 333.000, meskipun ada yang gag dapet
SB dan matras, hehehehe….. (Auliya)
*****
to be continued
good post :)
BalasHapuskangen kangen kangen . . . .
BalasHapusayo touring lagi mbak, kapan ke jogja? kemarin kata ipil mbak ke jogja tapi cuman bentar :(
Hapus